Kamis, 08 Juli 2010

Mereka Sama, Hanya Tuhan Menentukan Kita Berbeda

Dalam benak kita tentu masih membekas haru biru ketika tanggal 26 Mei 2010,masih ingat ada apa dalam tanggal itu? mari kita flash back sejenak, sore itu hujan deras tak hentinya dari jam 2 siang sampai jam 5 sore. Kubuat secangkir kopi panas dan sebatang rokok dengan kadar nikotin rendah hanya untuk menghangatkan badan.

saya mendengarkan update terbaru tentang pertandingan PSPS Pekan baru VS Arema Indonesia d salah satu Station Nation Radio..yea!! pertandingan yang menentukan apakah singo edan mampu membawa trophy juara itu ke Bumi Arema di kota Malang atau gagal untuk kesekian kalinya. saat itu Arema Indonesia berhasil menahan imbang PSPS dan keluar sebagai juara ISL 2009-2010. Lansung tidak pikir panjang kubentangkan sajadah dan saya sujud syukur kepada Tuhan saya. bukan main betapa bersyukurnya saya waktu itu. Maklum selama hidup saya itulah saya merasakan kebanggaan yang pertama dalam hidup saya

Petang harinya saya mendapatkan sebuah SMS dari teman saya yang berbunyi "Chul,, Ayo konvoi,Kekuatan Aremania Maha Dahsyat Disini" mendapat SMS itu saya langsung memakai baju kebanggaan saya Biru-Biru bertuliskan "Aremania Sampai Mati" dan mengalungkan syal Biru usang yang selalu setia saya pakai selama mendukung Arema berlaga di kota juara ini.

Apa yang di kabarkan teman saya adalah benar adanya malam itu sekitar pukul 18.30 WIB di balai Kota Malang sudah menjadi lautan manusia berpakaian Biru-Putih-Merah-Hitam bertuliskan nama kebanggaan kami. Benar adanya kekuatan Aremania saat itu benar-benar membuat Samudra Biru di tengah kota malang. Tak pelak sampai pukul 12 malam. jalanan masih ramai oleh nyanyian kebanggaan Arek-arek malang ini

Namun dalam cerita pendek ini bukan maksud saya menceritakan bagaimana semua keadaan Euphoria itu, namun adalah saat ketika saya berkonvoi melewati jalan betek. Saya melihat semua warga berdiri di pinggir jalan hanya untuk menyaksikan sebuah atraksi keramaian jalanan oleh Aremania, maklum mungkin mereka menganggap mereka yang berkonvoi bak sebuah kesatria yg membela kebanggaan di dadanya.

ada yang unik disitu,dari jauh pandangan saya, terlihat ada seseorang melambai-lambaikan tangannya kepada semua yg konvoi disitu,diantara yang berdiri menonton kita berkonvoi, hanya dia sendiri yg terkesan "lebay",, awalnya saya hanya cuek saja. tak pernah terbesit, semakin motor saya mendekati dia. saya semakin melihat keadaan dia yg sebenarnya. saya terus memandangnya, dia sepertinya ingin bersalaman dengan semua yang berkonvoi itu. Mungkin yang ada dalam pikirannya adalah "Halo Kesatria,saya adalah penggemarmu"

saya langsung menghentikan motor saya di dekatnya. saya kembali memperhatikannya dengan lebih intensif. dia memandangi saya, dan menghampiri saya, Lalu memeluk saya dengan erat, dalam pelukannya dia berkata kepada saya "Mas AREMA juara, Arema juara!! saya bangga mas, saya bangga" tentunya dengan kalimat yang tidak jelas terdengar.

saya terheran, lalu saya memandangi wajahnya. ya setelah saya mempelajari ilmu psikologi pendidikan yang telah saya terima selama perkuliahan, saya bisa menyimpulkan dia adalah penderita Asperger’s Syndrome,atau sebuah penyakit AUTISME dengan keterbatasan berinteraksi sosial dengan sesamanya. saya merasa iba dengannya dia terus berbicara "arema Juara mas" dia kembali memeluk saya,tanpa tahu siapa identitas saya sebenarnya.

Saya menanyakan kepadanya "siapa namamu?" dalam keramaian klakson dan horn sang Aremania dia pun menjawab "Fariz mas,mas siapa?" saya tidak tega melihat keadaannya. bibir tebal dan tidak dapat tertutup rapat, mata tidak fokus terhadap pandangan kepada saya, kemudian anggota tubuhnya seolah bergerak sendiri tanpa perintah dari empunya. Saya kembali meliahat dia mencium i emblem AREMA yang ia kenakan di bajunya dengan penuh rasa cinta, dia cium logo itu secara berulang ulang.

melihat itu saya memeluknya dan saya menitikkan air mata. saya tidak peduli saya seorang lelaki dan itu penuh dengan AREMANIA yang bernyanyi malam itu. saya memeluknya erat dalam sanubari saya terbisik "Ini juga saudara saya,dia juga Aremania,dia juga bangga ketika Arema menjadi juara" dia menanyakan pada saya "Mas kenapa koq nangis?" saya malu ketika dia berkata begitu. saya mengalihkan jawaban dengan berbohong sambil menghapus setetes air mata saya "Mas bangga Arema juara,hehe,nama q ichal riz"

tanpa ada kesengajaan tuhan mempertemukan kami. dalam konvoi yang bahagia itu mendadak hati saya menjadi pilu karena bertemu dengan saudara saya sesama AREMANIA yang rela mendukung kesebelasan kebanggaan kota Malang dan tentunya kebanggaan Indonesia walau dengan keterbatasan mentalnya. Hati kecil saya kembali berbisik lirih "AREMA kamu juga patut berbangga punya supporter seperti mereka yang mendukung dengan segala kemampuan mereka, tuhan ijinkan saya bertemu lagi dengan AREMANIA seperti dia lagi

tuhan rupanya mendengar doa saya, 1 bulan berlalu ketika saya mengharuskan mengerjakan sebuah tugas skripsi. Dosen menganjurkan untuk uji coba angket di sebuah laboratorium autisme yang ada di kota juara, Malang ini. Saya masuk laboratorium dengan biasa saja. Tersentak saya melihat seorang yang tidak asing bagi saya. Tak ragu lagi kusapa dia “Farizzzz” dia menoleh kehadapku dia tidak lupa akan diriku sembari menyapaku “mas ichal” sambil tersenyum dan melangkah gontai karena keterbatasan mentalnya.
Setelah saya melakukan tugas saya, saya kembali menghampiri Fariz, saya banyak bertanya tentangnya yang saya dibuat terharu adalah dia menceritakan semua isi hatinya “Mas Ichal, meskipun saya seperti ini saya juga seorang Aremania, saya juga ingin mendukung Arema seperti mas, jika saya normal saya ingin berangkat ke stadion dan berdesak-desakan dengan mereka untuk menonton, Andai saja saya disediakan tempat di Kanjuruhan unuk saya duduk, pasti saya akan selalu datang dan bernyanyi untuk Arema”

Saya mendengarnya tak kuasa menahan pilu, saya tidak bisa membayangkan jika saya sebagai fariz. Seorang Aremania sejati dengan keterbatasan fisiknya. Mungkin saya ingin menyampaikan aspirasi saya tentang kasus di lapangan yang saya temui terhadap manajemen arema. Seandainya memungkinkan, di tribun VIP berkenanlah dibuat suatu tempat khusus untuk penyandang cacat seperti Fariz dan yang lainnya. Tak akan memakan banyak tempat dan menghabiskan kouta pendapatan jika stadion full

Tak bisa dikatakan sang juara sejati apabila Arema tidak memberikan kesempatan kepada fariz untuk duduk menyaksikan arema secara langsung. Fariz juga aremania sama dengan aremania lain yang bernyanyi di panggung kanjuruhan. Dia hanyalah figur yang terbatas fisiknya, bukan jiwanya. Dia tak punya raga yang tangguh untuk mendukung Arema tetapi dia mempunyai jiwa singa yang tak dimiliki oleh seorang manapun di dunia Ini, Arema beruntung mempunyai supporter se fanatik Aremania, tetapi Aremania tidak bisa dikatakan juara ketika Aremania tidak menganggap Fariz dan fariz-fariz lainnya sebagai bagian darinya.

Dedicated to “Fariz Eka Setyawan”
By : Faizal Kurniawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar