Selasa, 17 November 2015
Jumat, 06 November 2015
Teori Alineasi Karl-Marx
Konsep
alienasi atau keterasingan yang lahir dari pemikiran Karl Marx adalah muncul
akibat adanya kapitalisme yang mengguncang Eropa pasca revolusi industri. Teori
Alienasi Marx didasarkan pada pengamatannya bahwa di dalam produksi industri
yang muncul di bawah kapitalisme, para buruh tak terhindarkan kehilangan
kontrol atas hidup mereka, karena tidak lagi memiliki kontrol atas pekerjaan
mereka. Para pekerja ini tak pernah menjadi otonom, yakni manusia yang mencoba
untuk mandiri mengembangkan diri selalu terkotakkan oleh kaum borjuis. Karl
Marx (1970) memopulerkan istilah ini dalam karya Economic and
Philosophical Manuscripts tahun 1844 sebagai penjelasan atas kondisi
keterasingan seseorang dari sifat sejati kemanusiaan mereka. Sebab, pada
dasarnya manusia adalah makhluk kreatif. Manusia membuat bentuk dari materi
atau bahan di mana mereka mewujudkan jati diri mereka ke dalam apa yang mereka
buat. Dalam masyarakat prakapitalis, manusia menjadi utuh ketika mereka
menciptakan barang untuk mereka pakai sendiri atau mereka pertukarkan secara
adil[1].
Namun,
di dalam masyarakat kapitalis, karena para pekerja tidak mempunyai keinginan
sendiri akan tetapi karena mereka menjual tenaga mereka, bisa dikatakan bahwa
mereka teralienasi dalam empat hal[2]. Empat dasar yang diusung
dalam keterasingan ini menurut Marx adalah pertama, para pekerja di dalam
masyarakat kapitalis teralienasi dari aktivitas produktif mereka. Para pekerja tidak
bekerja sesuai dengan tujuan mereka sebagai manusia untuk bekerja dan
mendapatkan suatu produksi yang berguna untuk mereka, akan tetapi aktivitas
produktif mereka hanya berguna untuk kaum kapitalis. Para borjuis lah yang
menentukan kepada kaum buruh pekerjaan apa yang akan mereka lakukan dan
hasilnya menjadi milik pemegang kapitalis.
Yang
kedua adalah alienasi dari produk. Kepentingan pemegang kapitalis benar-benar
dipisahkan dengan para buruhnya. Apabila si buruh bekerja pada majikannya,
mereka tetap harus membayar atas produk yang diproduksinya karena produk
merupakan hak milik para kapitalis. Yang ketiga, pekerja dalam kapitalisme
teralienasi dari sesama pekerja. Kapitalisme melarang para pekerja untuk
bekerjasama dengan pekerja lainnya sehingga mereka tidak saling kenal sekalipun
berada di tempat yang berdampingan. Kapitalis mengadu para pekerja sejauh mana
mereka mampu berproduksi. Situasi yang demikian -permusuhan di kalangan
pekerja- akan menguntungkan pihak kapitalis karena para pekerja akan kembali ke
para majikannya dan otomatis keuntungan kembali kepada kaum kapitalis.
Yang
terakhir adalah keterasingan pekerja akan potensi kemanusiaan mereka sendiri,
artinya pekerja dikontrol secara ketat hubungannya dengan manusia lain dan alam
sehingga potensi diri mereka terpuruk. Mereka hanya dicetak untuk menjadi
,mesin produksi yang hanya menguntungkan kapitalis tanpa memikirkan bagaimana
jiwa dan kualitas pekerja sebagai seorang manusia.
Adanya
alienasi pada kapitalisme membuat perbedaan yang sangat kentara antara majikan
dan buruh. Keterasingan ekonomi ini berkaitan dengan bentuk-bentuk dengan
keterasingan lainnya. Keterasingan politik berarti bahwa kaum kaya harus
tuduk kepada kekuasaaan negara yang sebenarnya telah terorganisir sedemikian
rupa. Jadi yang sebenarnya terjadi adalah terdapat pula kepentingan-kepentingan
ekonomi dalam tubuh pemerintah pada kapitalisme[3].
Keterasingan
akan dapat dihilangkan apabila sebab-sebabnya dilenyapkan yaitu menghapus
kepemikikan pribadi. Keterasingan yang telah terjadi merupakan hal yang muncul
akibat dari kapitalisme yang memungkinkan untuk dihilangkan walaupun dalam
jangka waktu tertentu dalam sejarah.
[1]Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2219707-pengertian-alienasi/
diakses pada 14 Maret 2013 pukul 01.55 WIB
[2] George Ritzer, Douglas J.
Gooodman. TEORI SOSIOLOGI. 2009. Bantul: Kreasi Wacana (Hal. 54)
[3] L. Layendecker. Tata,
Perubahan, dan Ketimpangan: Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi. 1983. Jakarta:
PT. Gramedia (Hal. 250)
Fakta Sosial Emile Durkheim
Pengertian Fakta Sosial
Kata
fakta sosial pertama kali diperkenalkan pada abad ke-19 oleh sosiolog
Perancis yang bernama Emile Durkheim. Durkheim menyatakan bahwa sosiologi
harus menjadi 'ilmu dari fakta sosial' yaitu membicarakan sesuatu yang umum
yang mencakup keseluruhan masyarakat dan berdiri sendiri serta terpisah dari
manivestasi individu. Fakta sosial ini diartikan sebagai gejala sosial
yang abstrak, misalnya hukum, struktur sosial, adat kebiasan,nilai, norma,
bahasa, agama, dan tatanan kehidupan lainnya yang memiliki kekuasaan tertentu
untuk memaksa bahwa kekuasaan itu terwujud dalam kehidupan masyarakat di luar
kemampuan individu sehingga individu menjadi tidak tampak. Selain itu,
menurut Emile Durkheim metode sosiologis yang dipraktikkan harus bersandar
sepenuhnya pada prinsip dasar bahwa fakta sosial harus dipelajari sebagai
materi, yakni sebagai realitas eksternal dari seorang individu. Jika tidak ada
realitas di luar kesadaran seorang individu, sosiologi sepenuhnya kekurangan
materi.
Dalam
buku Rules of Sociological Method, Durkheim menulis: "Fakta sosial
adalah setiap cara bertindak, baik tetap maupun tidak, yang bisa menjadi
pengaruh atau hambatan eksternal bagi seorang individu." Dan dapat
diartikan bahwa fakta sosial adalah cara bertindak, berfikir, dan
merasa yang ada diluar individu dan sifatnya memaksa serta terbentuk karena
adanya pola di dalam masyarakat. Artinya, sejak manusia dilahirkan secara
tidak langsung ia diharuskan untuk bertindak sesuai dengan
lingkungan sosial dimana ia dididik dan sangat sukar baginya untuk melepaskan
diri dari aturan tersebut. Sehingga ketika seseorang berbuat lain dari apa
yang diharapkan oleh masyarakat maka ia akan mendapatkan tindakan koreksi,
ejekan, celaan, bahkan mendapat sebuah hukuman. Selain itu, fakta sosial
memiliki 3 sifat yaitu: eksternal, umum (general), dan memaksa (coercion).
Fakta sosial ini menurut Durkheim
terdiri atas dua macam :
1. Dalam bentuk material : Yaitu barang sesuatu yang dapat
disimak, ditangkap, dan diobservasi. Fakta sosial inilah yang merupakan bagian
dari dunia nyata contohnya arsitektur dan norma hukum.
2. Dalam bentuk non-material : Yaitu sesuatu yang
ditangkap nyata ( eksternal ). Fakta ini bersifat inter subjective yang hanya
muncul dari dalam kesadaran manusia, sebagai contao egoisme, altruisme, dan
opini.
Ritzer, George, Teori Sosiologi Dari
Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern.
Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2009.
Paul Doyle Johnson, Teory Sosiologi
Klasik Dan Moderen, Pt Gramedia, Jakarta, 1986.
Ishomuddin, Pengantar Sosiologi
Agama, Ghalia Indonesia, Jakarta Selatan, 2002.
Dadang Khamad, Soiologi Agama, Pt
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
Betty
R.Scarf, Sosiologi Agama, Terj. Machun Husein, Prenada Media,
Jakarta Timur, 2004.
Sosiologi Pendidikan, Sejarah dan Perkembangannya
Sosiologi Pendidikan - Sejarah dan
Perkembangannya
Sosiologi umum (Sosiologi mikro) abad ke
18
·
Masyarakat mengalami
perubahan sosial yang cepat à Cultural Lag (Sumber masalah)
·
Hubungan dari proses
interaksi individu terhadap keluarga dan hubungan individu terhadap lingkungan
sosial
·
Interaksi sosial
merupakan proses tingkah laku manusia
·
Perkembangan masyarakat
yang cepat dan merosotnya peran pendidik
Sosiologi
Pendidikan berawal dari ilmu sosiologi umum atau sosiologi micro (micro
sociology) yang muncul pada abad ke-18. Ilmu sosiologi mulai melepaskan diri
dari ilmu filsafat dan berdiri sendiri sejak abad ke -19. Istilah sosiologi
pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) dalam bukunya Cour de
phillosophie positive. Sosiologi berasal dari kata “socious dan “logos”.
Socious berasal dari bahasa latin yang artinya “teman”, sedangkan logos berasal
dari bahasa yunani yang artinya “kata, perkataan atau pembicaraan”. Jadi
sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari hidup bersama dalam
masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antar manusia yang menguasai
kehidupan. Ditinjau dari segi etimologi istilah sosiologi pendidikan terdiri
dari dua kata yaitu sosiologi dan pendidikan. Ditinjau dari segi perspektif
sebab lahirnya sosilogi pendidikan adalah dikarenakan adanya perkembangan
masyarakat yang cepat dan berakibat pada merosotnya peran pendidik, dan
perubahan interaksi antarmanusia. Dikarenakan manusia tumbuh dan berkembang
bukan di sekolah melainkan di masyarakat.
B.Sosiologi
Pendidikan Sebagai Ilmu Pemgetahuan
Sosiologi
pendidikan merupakan cabang ilmu sosiologi, atau yang dikatagorikan sebagai
sosiologi mikro (mikro sociologi). Sebagai ilmu sosial yang mempelajari
hubungan pendidikan dan masyarakat, sosiologi pendidikan pun sebagai ilmu
pengetahuan lainya, dipandang memiliki kontribusi signifikan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan. Penelitian sosiologi pendidikan memperkaya ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu pengetahuan sosial (sosial sociencies). Peran sosiologi
pendidikan, terutama lebih tampak pada kegiatan penelitian sosiologi
pendidikan, terutama lebih tampak pada kegiatan penelitian sosiologi pendidikan
dalam berbagai bidang penelitiannya.
A.Sumber
Ilmu Pengetahuan
Untuk mencapai suatu kebenaran ilmu
pengetahuan, yang lazim disebut kebenaran keilmuan atau kebenaran ilmiah,
manusia berusaha memperolejh pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan
pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang objek tertentu
yang diperoleh melaluipendekatan atau cara pandang (approach), metode (method),
dan sistim tertentu. Jadi, pengetahuan tentang yang benar tidak besa dicapai
secara langsung dan khusus.
Kebenaran
ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang jelas dari suatu objek materi yang
dicapai menurut objek forma (cara pandang) tertentu dengan metode yang sesuai
dan ditujnang oleh suatu system yang relevan. Pengetahuan yang demikian tahan
uji, baik dari verifikasi empiris maupun rasional, Karena cara pandang, ,
metode, dan sistim yang bdigunakan bersifat empiris dan rasional secara
silih berganti.
Beberapa sumber pengetahuan yang dianggap
mampu memberikan informasi untuk pembentukan ilmu pengetahuan :
1.Intuisi
Merupakan suatu kemampuan atau daya naluriyah atau firasat yang dapat menghasilkan imajinasi cemerlang tentang suatu kejadian yang akan terjadi secara cepat. Seorang mempunyai daya intuitif yang kuat secara mengesankan dapat meramalkan dan memprediksi sesuatu yang terjadi secara tepat. Akan tetapin, daya atau kemampuan memprediksi itu sulit menjadi atau dijadikan sumber penngetahuan / kebenaran karena terhadap suatu putusan intuitif tidak dapat dilakukan pada saat di kemukakan.
Merupakan suatu kemampuan atau daya naluriyah atau firasat yang dapat menghasilkan imajinasi cemerlang tentang suatu kejadian yang akan terjadi secara cepat. Seorang mempunyai daya intuitif yang kuat secara mengesankan dapat meramalkan dan memprediksi sesuatu yang terjadi secara tepat. Akan tetapin, daya atau kemampuan memprediksi itu sulit menjadi atau dijadikan sumber penngetahuan / kebenaran karena terhadap suatu putusan intuitif tidak dapat dilakukan pada saat di kemukakan.
2.Kitab
– kitab suci
kitab
suci juga diberlakukan sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran bagi
pengikutnya. Dalam kebenaran kitab – kitab suci, tiap manusia mempunyai suatu
agama yang diyakini. Kitab suci diharapkan dapat membimbing dari jalan
kesesatan dan kenistaan. Keb3enaran pengbetahuan tidak terletak dari hasil
penngujian dan pemeriksaan ilmiah terhadapnya, melainkan karena diterima
berdasarkan kepercayaan sebagai wahyu ilahi.
3.Tradisi
Merupan sumber yang paling menonjol dan berpengaruh. Hal ini disebabkan karena angggapan, bahwa tradisi mengandung pengetahuan yang arif dan bijaksan. Karena itu, biasanya anggota masyarakat terus diminta untk memelihara dan meneruskan tradisi.
Merupan sumber yang paling menonjol dan berpengaruh. Hal ini disebabkan karena angggapan, bahwa tradisi mengandung pengetahuan yang arif dan bijaksan. Karena itu, biasanya anggota masyarakat terus diminta untk memelihara dan meneruskan tradisi.
4.Common
Sense
Merupakan
pengetahuan yang dimiliki secara umum oleh masyarakat, namun dasar dan
sumbernya tidak diketahui. Pengetahuan tidak dapt dibuktikan kebenaranya, namun
terus diterima sebagai sumber kebenaran yang tidak perlu dibuktikan. Common
Sense sangat mempengaruhi perilaku individual dan sosial seseorang.
5.Ilmu
Pengetahuan Ilmiah
Metode
ilmiah dijadikan cara umum yang digunakan untuk mencapai jawaban tentang
fenomena yang ada di ala mini. Ternyata dengan cara ini, ilmu dengan metodenya
mampu menguraikan dan menjelaskan lebih banyak rahasia fenomena alam yang
terpendam.
Langganan:
Postingan (Atom)