Selasa, 08 Juni 2010

Hati Seorang Aremania Elektronik


Dikirim oleh Faizal Kurniawan
Saya hanya seorang Aremania biasa. Mungkin pemain arema tidak ada yg melihat saya di stadion. Saya tidak ada darah Malang sama sekali,tetapi saya tinggal disini,lahir disini dan saya begitu bangga terhadap kota ini. Saya mencintai arti makna Aremania semenjak saya duduk di kelas 5 SD..waktu itu sekitar tahun 1999 mungkin. Saya tidak tahu Arema, saya hanya suka sepak bola dan suka melihat mereka ketika saya renang di Slembat sebelah stadion waktu itu. Saya juga sempat merasakan memanjat dinding stadion waktu itu (maaf klo ini jangan ditiru).

Sebenarnya bukan disitu maksud saya menceritakan. Tapi kenapa saya merasa seperti tertekan menjadi seorang Aremania? Chapter one: Bermula dari Ibunda saya tercinta,saya ingin selalu hadir di dalam stadion ibunda saya selalu melarang saya, juga dalam konvoi, tapi itu wajar itu karena bunda khawatir terhadap saya. Tapi bunda pernah mengatakan “Kamu bukan seorang preman, tapi kamu dari anggota keluarga berpendidikan”

Sentak saya terdiam tak berdaya..timbul pertanyaan dalam benak saya “Apakah seorang supporter adalah orang tidak berpendidikan?” saat itu saya langsung tak jadi menyaksikan laga Arema di kanjuruhan. Bunda saya juga sering menyindir saya karena kamar tidur saya penuh dengan atribut Arema..”Apa salah bunda? Saya tetap anak Bunda meskipun saya Seorang Aremania”

Chapter two : disaat saya SMP waktu itu.Saya sempat mondok di salah satu ponpes di kota Malang tercinta ini. Saya memang melanggar peraturan dalam ponpes tersebut,okelah saya salah karena saya melanggar, dan saya berjiwa besar menerima hukuman tersebut. tetapi saya juga mendengar uztadz saya memaki saya dengan kata “bodoh” Sepak bola itu haram!! saya terdiam tapi saya sempat terpikir,Agama saya mengajarkan “menciptakan kedamaian dalam suatu komunitas itu sunnah rasul” (maaf jika ada salah)

Chapter three : saat ketika saya sudah punya pacar dan sudah bisa dikatakan dewasa dan pantas untuk menjadi seorang Aremania Sejati, setiap ada pertandingan saya selalu ingin hadir di kanjuruhan, selalu saja pacar saya merasa “terduakan” oleh AREMA (jelas berbeda stage bukan?), padahal pacar saya mengaku seorang Aremanita, jadi saya memurungkan niat saya untuk menonton AREMA, meski saya selalu batal untuk hadir di Kanjuruhan,saya selalu mengenakan syal kebanggaan Aremania ini berkalung di leher saya, tapi pacar saya mengatakan saya Lebay, Alay, bahkan saya sampai dibilang orang gila,

Putaran ke-2 lalu saya membelikan kado Valentine’s day untuk kekasih saya sebuah tiket VVIP Match Arema vs Persik sewaktu itu arema unggul 3-0,saya berharap itu kado special buat pacar saya,tapi ternyata tidak dimatanya. Bahkan dia sempat membatalkan janjinya untuk melihat Laga sore itu. Sungguh itu membuat saya terpuruk, terlebih ketika saya dibilang “Perhatian mu tak sebesar fanatikmu terhadap Arema,,selalu kamu kalau ada Arema selalu seperti ini,Arema TA*K,Arema Janc*k” itukah yang harus saya terima?

Chapter Four : Diatas semua adalah sebagian kecil dari cerita kesenjangan antara jiwa Aremania saya dengan orang-orang yang saya hadapi. Saya banyak batalnya untuk hadir ke kanjuruhan, sehingga teman-teman saya menyebut saya “AREMANIA ELEKTRONIK” saya selalu terngiang ketika sahabat-sahabat saya berkata “Orang yang luar kota pengen banget liat Arema,,nah kamu orang Malang sendiri gak liat dasar banci” saya mendengar hanya bisa tersenyum “kalian tidak tahu sahabat”.

Dibalik itu semua saya selalu memaksakan diri untuk bisa hadir di Kanjuruhan,walaupun tak ada teman yang menemani saya,apabila hadir di kanjuruhan saya selalu berusaha biar bisa duduk dibawah papan skor..karena disitu ada san Jules yg selalu setia men-Conductor-i kami.terbesit dalam hati kecil saya berkata “Saya bukan duduk menonton disini..tapi saya berteriak bernyanyi dan menari mendukungmu AREMA..

Kini Arema telah lahir sebagai juara baru..saya terharu,saya sujud syukur dan meneteskan airmata saat saya mendengar Arema berhasil menahan imbang PSPS Pekanbaru dan memastikan menjadi juara. Saya tersenyum kecil mengingat masalalu saya dalam mendukung Arema.Tak cukup disitu,,sahabat saya yang agak kesel saat konvoi juara Aremania menghina mobilnya yang berplat “L” dan bilang Arema F*ck, Saya Aremania Elektronik,tidak berjuang dengan mendukung dimana Arema berada,saya juga ingin merasakan Aremania di lempar batu oleh para supporter lain yang benci dengan kami. Berapa liter darah yang harus saya bayar,,saya bersedia.

Melalui note ini semoga bunda membaca : “Saya anak bunda,saya Aremania yang berpendidikan,ijinkan saya berkonvoi untuk terakhir kalinya bunda,saya juga bergembira dan terharu” semoga uztadz saya dulu membaca “Saya Aremania yang shaleh pak,Sepak Bola tidak haram dalam Islam” Semoga sayangku membaca “Kamu tetap dihati saya,meski dalam tangis,Arema Kebanggaanku,dan Kamu tetap yang utama di hatiku” semoga sahabat “plat L” saya membaca “Arema tidak seperti itu,saya juga sempat mengingatkan mereka,tapi ini diluar kendali saya,tolong jangan hina kebanggaan saya”

Untuk semua Aremania saya berdesis lirih,saya Aremania Elektronik,saya juga ingin seperti kalian,saya ingin tau padatnya SUGBK oleh Jak-Aremania,Saya juga ingin merasakan ketika kalian dijahili di cikampek,saya sama seperti kalian,Saya juga ingin dipanggil Aremania sejati,,bukan orang gila ataupun anak mama,saya fanatik,tapi saya tak menemui jalan dimana saya memporsikan fanatisme saya,percayalah kawan,ketika saya di stadion saya tidak duduk,saya terus bernyanyi,berteriak,dan menari sama seperti kalian,,saya ingin disebut Aremania Sejati,,sama seperti kalian,sekali saja kata itu terdengar,akan selalu tertanam harum dalam sanubari saya.dan akan terukir abadi seumur hidup saya. Jangan hina kebanggaan saya. saya ingin bernyayi sepanjang hati saya “TAK PERNAH LELAH,DUKUNG AREMA,JADI JUARA,JUARA LIGA,AREMANIA SIAP BERPESTA,SALAM SATU JIWA,UNTUK INDONESIA”

Aremania Elektronik juga Aremania Sejati